Syarat-Syarat La Ilaha Illallah (لا إله إلاّ الله)
SYARAT-SYARAT LÂ ILÂHA ILLALLÂH (لا إله إلاّ الله)
Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Kalimat Lâ ilâha illallâh merupakan fondasi agama Islam yang pertama. Kalimat tauhid ini akan bermanfaat bagi orang yang mengikrarkannya dengan 7 syarat yang telah dijelaskan oleh para Ulama, berdasarkan nash-nash al-Qur’ân dan as-Sunnah (al-Hadits). Apabila 7 syarat tersebut terpenuhi, maka kalimat tauhid itu akan bermanfaat di dunia dan di akhirat bagi orang yang mengucapkannya. Diantara manfaatnya adalah ia akan menjadi salah satu sebab masuk surga dan selamat dari neraka.
Tujuh syarat ini dikumpulkan oleh Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami (wafat 1377 H) dalam sya’irnya yang berjudul Sullamul Wushûl ilaa ‘Ilmil Ushûl:
اَلْعِلْمُ وَالْيَقِيْنُ وَالْقَبُوْلُ وَالْإِنْقِيَادُ فَادْرِ مَا أَقُوْلُ
اَلصِّدْقُ وَالْإِخْلاَصُ وَالْمَحَبَّةُ وَفَّقَكَ اللهُ لِمَا أَحَبَّهُ
Ilmu, yaqin, dan menerima
Serta tunduk, maka ketahuilah yang aku katakan!
Kebenaran (kejujuran), ikhlas, dan cinta
Semoga Allâh membimbingmu kepada apa yang Dia cintai
Oleh karena itu, setiap hamba wajib mengetahui dan memenuhi tujuh syarat Lâ ilâha illallâh ini. Memenuhi syarat-syaratnya, bukanlah sekedar menghitung dan menghafalnya, akan tetapi dengan mewujudkan syarat-syarat itu dalam dirinya, menjaganya dan tidak merusaknya.
Tujuh syarat tersebut adalah.
- Ilmu yang menghilangkan kebodohan
Yaitu mengetahui dengan baik makna Lâ ilâha illallâh, serta mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan oleh kalimat ini.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allâh. [Muhammad/47: 19]
Jadi, orang yang bersyahadat Lâ ilâha illallâh harus mengetahui dengan hati mereka apa yang diucapkan oleh lidah mereka. Jika seseorang mengucapkannya, dengan tanpa mengetahui maknanya, maka kalimat itu tidak bermanfaat baginya, karena dia tidak meyakini apa kandungannya. (Lihat kitab Muqarrar Tauhid li Shaffil Awwal al-‘Ali, 1/52)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barangsiapa mati, dan dia mengetahui bahwa: Lâ ilâha illallâh, dia pasti masuk surga. [HR. Muslim, no. 26]
- Yakin, Tanpa Ada Keraguan Sedikitpun
Yaitu orang yang bersyahadat itu benar-benar meyakini kandungan kalimat Lâ ilâha illallâh, tidak ragu sedikitpun. Karena iman itu harus dibangun di atas keyakinan, bukan persangkaan, apalagi keraguan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dengan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اذْهَبْ بِنَعْلَيَّ هَاتَيْنِ فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ
Pergilah dengan kedua sandalku ini, siapa saja yang engkau temui di balik dinding ini, dia bersyahadat Lâ ilâha illallâh dengan hati yang meyakini kalimat ini, maka berilah kabar gembira dengan surga. [HR. Muslim, no. 46]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allâh, dan bahwa aku adalah utusan Allâh, tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allâh dengan membawa kedua (kalimat ini) dalam tidak ragu-ragu dengan kedua (kalimat ini), kecuali dia masuk surga. [HR. Muslim, no. 27, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]
Adapun orang yang ragu-ragu terhadap kalimat ini, dialah orang munafik. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ
Sesungguhnya yang meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allâh dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. [At-Taubah/9:45]
- Menerima, Tidak Menolak
Yaitu menerima dengan penuh pasrah, tanpa menolak dan bersombong terhadap kalimat Lâ ilâha illallâh sebagaimana sikap orang-orang kafir. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ ﴿٣٥﴾ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ
Sesungguhnya mereka (penduduk neraka) dahulu (di dunia) apabila dikatakan kepada mereka: “Lâ ilâha illallâh” (Tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allâh) mereka menyombongkan diri.
dan mereka berkata,”Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” [Shoffaat/37: 35-36]
- Patuh, Tidak Meninggalkan Kandungannya
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allâh, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. [Luqman/31: 22]
Yang dimaksud dengan buhul tali yang kokoh adalah Lâ ilâha illallâh, sebagaimana penjelasan para Ulama.
Inilah sikap orang beriman: tunduk dan patuh kepada Rabb, Penguasanya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. [Al-Ahzab/33: 36]
- Benar, Jujur, Tidak Bohong
Yaitu seseorang yang mengucapkan kalimat Lâ ilâha illallâh dengan lidahnya benar-benar sesuai dengan isi hatinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
Tidak ada seorangpun yang bersyahadat Lâ ilâha illallâh dan Muhammad adalah utusan Allâh dengan benar dari hatinya kecuali Allâh mengharamkan neraka atasnya”. [HR. Al-Bukhâri, no.128; Muslim no.32, dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu]
Dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan syarat selamat dari neraka dengan bersyahadat yang benar dari hatinya, tidak sekedar mengucapkan dengan lidah tapi tidak sesuai dengan hatinya. Oleh karena itu, orang-orang yang mengucapkan hanya dengan lidah saja adalah orang munafik. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allâh dan Hari Kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. [Al-Baqoroh/2: 8]
- Ikhlas yang menghilangkan kesyirikan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
Sesungguhnya Allâh mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan Lâ ilâha illallâh, dia mencari wajah Allâh dengan (perkataan) nya.” [HR. Al-Bukhâri, no.425, 667, 686, 6423, 7938; Muslim, no. 33, 657 dari ‘Itban bin Mâlik Radhiyallahu anhu]
Oleh karena itu, orang yang mengikrarkan kalimat Lâ ilâha illallâh wajib meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Karena dengan syirik, amal shalih sebanyak apapun akan gugur sia-sia. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan (Allâh), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. [Az-Zumar/39: 65]
- Cinta yang menghapus kebencian
Orang yang bersyahadat wajib mencintai kalimat Lâ ilâha illallâh, kandungannya, tuntutannya, mencintai orang-orang yang mengamalkannya serta membenci apa-apa yang bertentangan dengannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang mutad dari agamanya, maka kelak Allâh akan mendatangkan suatu kaum yang Allâh mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allâh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allâh, diberikan-Nya kepada siap yang dihendaki-Nya, dan Allâh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [Al-Mâidah/5:54]
Barangsiapa membenci kandungan Lâ ilâha illallâh atau apa saja yang diturunkan oleh Allâh Azza wa Jalla , berarti dia termasuk orang-orang kafir dan semua amal kebaikannya gugur. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ ﴿٨﴾ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allâh menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allâh (al-Qur’an) lalu Allâh menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Muhammad/47: 8-9]
Inilah tujuh syarat Lâ ilâha illallâh. Semoga Allâh Azza wa Jalla akan mengumpulkan kita semua dalam surga-Nya yang kekal. Aamiin.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XIX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/6615-syaratsyarat-la-ilaha-illallah.html